Langsung ke konten utama

Postingan

PBL RSIJ Pondok Kopi (1)

Postingan terbaru

Bagaimana Buku Merubah Saya?

Kali ini aku mau mereview buku yang menarik dari Mari Andrew yang judulnya Am I There Yet . Aku beli di Paper Clip Cibubur, untuk harganya sendiri yaitu Rp 99.000. Buku ini berisikan perjalanan Mari Andrew bagaimana ia menjalani kehidupan di usia 20 tahunan. Untuk bukunya sendiri udah diterjemahin ke dalam bahasa Indonesia, tapi untuk gambarnya tetep bahasa Inggris karena murni dari si penulis. Bagi kamu yang masih ngerasa : "20 tahun gue ngapain aja sih harusnya?" "Kok gini gini aja ya?" "Ih dia udah sukses, tapi kok gue belum ya" Ketika kamu sering membandingkan dirimu dengan orang lain dan ngerasa insecure terhadap diri sendiri, rekomen banget untuk baca buku ini. Buku ini pas banget untuk dibaca menurut perspektif cewek dan yang lebih menariknya lagi karena di dalamnya dilengkapi art yang yang bikin kamu jadi enggak bosen bacanya. Mari Andrew sendiri adalah seorang writer, artist, dan speaker. Aku suka dengan

Bagian Terbaik

Jika ada seseorang datang menyapamu, mengenalimu, bahkan mencoba memasuki kehidupanmu atau lebih dari sekedar itu semua, cobalah cari bagian terbaik itu.  Jika belum juga kau temukan, coba kau lihat bagian mana yang bisa kau dapati bagian terbaik. Bisa jadi bagian terbaik itu adalah dari niat yang tulus meskipun dirimu tak pernah menyadari akan hal itu. Bisa jadi pula karena perjuangannya yang patut kau puji. Atau karena kesabaran luar biasa yang seharusnya bisa kau teladani, dan hal-hal kecil lainnya. Pernah ndak, kalian bertemu seseorang? Siapapun.  Baik itu saudara, teman-teman, bahkan orang asing sekalipun yang mencoba datang dan membuat hidupmu menjadi lebih berarti? Aku pernah. . . . Dari mereka semua, aku banyak belajar. 1. Dari mereka semua, aku belajar menghargai makna kesetiaan. 2. Dari mereka semua, aku belajar akan utuhnya menjaga perasaan. 3. Dari mereka semua pula, aku belajar banyak akan kehilangan. Bahkan, sampai tingkat

Rahasianya Peraturan Hidup

Pernah suatu hari, saya merasa diri ini terbebani dengan segala aktivitas. Penat, iya. Capek, pasti. Jenuh, udah suatu hal yang sering saya alami. Tapi saya nggak pernah buat coba ungkapin, paling juga ke orang-orang terdekat dan itu belum menyembuhkan seutuhnya apa yang saya rasakan. Kemudian, saya mencoba menyingkir dari orang banyak dan itu malah membuat diri saya semakin tertekan. Saya sempet berpikir, sebenernya apa sih yang saya rasakan? Menyebalkan. Alhasil, tak ada satupun yang bisa menyemangati diri saya, lalu tiba-tiba saya langsung teringat sesuatu. Nggak tau kenapa saya pingin banget ada waktu luang bersama-Nya. Saya coba shalat Isya setelah pulang kuliah. Setelah itu baca Al-Qur'an terus dzikir, dan benernya perasaan saya semacam lega karena saya pun nangis setelahnya.  Bagi umat muslim, Al-Qur'an itu udah tuntunan hidup paling bener kalau mau hidup selamat. Tapi sebagai manusia yang punya nafsu, kadang kita udah tau yang bener nya apa, tapi masih aj

Introvert Conversation

Picture From Google Sudah sebulanan, saya nggak menulis di blog dan rasanya kayak ada yang aneh semacam ngerasa tangan gatel nggak tahu kenapa tapi mau nulis juga harus mikir mau nulis apa kan hehe. Dan tiba-tiba, ide itu seketika muncul secara tiba-tiba. Jadi, saya langsung berinisiatif untuk menulis.  . . . Ketika saya kecil dulu, saya berpikir dan pernah merasa kalau diri saya berbeda dari anak-anak lain. Waktu kecil, saya sering mengamati orang, guru-guru, dan teman-teman saya. Saya takjub kenapa ada orang yang bisa asal ceplas-ceplos ngomong di depan umum atau banyak orang. Sampe saya sekolah, bicara di depan umum bukanlah perkara mudah untuk saya. Saya selalu pusing kalau terlalu lama di tengah keramaian orang. Itu kenapa, saya tidak menyukai pesta dan tidak tertarik dengan hal-hal berbau seperti itu. Dulu, saya juga kalau nerima telepon mendadak, otak saya semacem konslet, terputus koneksinya dan nggak bisa mikir. Makannya saya lebih suka komunikasi secar

Alasan Sebuah Senyuman

Lagi-lagi, saya mau berterima kasih kepada Allah saat ini. Saya senang melihat orang lain tersenyum, terlebih kamu sendiri yang menjadi alasannya :) Yang simple-simple aja sih. Seperti temen kampus yang berterima kasih ke kamu kalau kamu bisa ngebantuin mereka. Seperti mamahmu yang senang dengan kehadiranmu di rumah. Atau seperti anak kecil yang senang dengan cara kamu mengajak mereka bermain. Dan lainnya.  Percayalah, Bahwa semua yang telah diberikan-Nya bukanlah merupakan sesuatu yang kebetulan. Karena semuanya benar-benar telah tersusun rapih dalam skenario-Nya. Intinya, saya merasa senang dan bersyukur. Terima kasih ya, Allah. Saya dikelilingi orang-orang baik yang bisa membuat saya menjadi lebih baik :) 23.28.

Makna Kesederhanaan (Versi Pribadi)

Kali ini, saya ingin mencoba menulis tentang kesederhanaan tapi pakai versi sendiri. Sesuatu yang simpel namun nyatanya punya makna lebih.  Saya ini cukup dibilang kalau lagi nggak ada kerjaan ya bisa gabut banget, tapi kalau udah sibuk ya bisa sampai lupa waktu juga. Nah, kebetulan saya ini lagi nggak ada kerjaan a.k.a gabut, lalu seketika ada banyak pikiran di kepala saya yang melintas sampai akhirnya saya menulis. Saya suka senyum-senyum sendiri ngeliat orang lain yang bisa enjoy dengan kesederhanaannya. Entah dari segi fisiknya, tutur bahasanya, pergaulannya, atau lainnya. Menyenangkan. Bagi saya, barang yang kita pakai, makanan yang kita makan, rumah yang kita tinggali sehari-hari semuanya hanya titipan Tuhan. Jadi ya sudah, sederhana saja. Ndak usah neko-neko. Simpelnya gini, Teman mu punya jam tangan yang harganya 500 ribu, sedangkan kamu hanya punya jam tangan yang harganya 50 ribu. Tapi kita bisa liat sebenernya apa tujuan kita beli jam tangan tersebut.