Langsung ke konten utama

Bagaimana Buku Merubah Saya?


Kali ini aku mau mereview buku yang menarik dari Mari Andrew yang judulnya Am I There Yet. Aku beli di Paper Clip Cibubur, untuk harganya sendiri yaitu Rp 99.000.

Buku ini berisikan perjalanan Mari Andrew bagaimana ia menjalani kehidupan di usia 20 tahunan. Untuk bukunya sendiri udah diterjemahin ke dalam bahasa Indonesia, tapi untuk gambarnya tetep bahasa Inggris karena murni dari si penulis.

Bagi kamu yang masih ngerasa :
"20 tahun gue ngapain aja sih harusnya?"
"Kok gini gini aja ya?"
"Ih dia udah sukses, tapi kok gue belum ya"

Ketika kamu sering membandingkan dirimu dengan orang lain dan ngerasa insecure terhadap diri sendiri, rekomen banget untuk baca buku ini.

Buku ini pas banget untuk dibaca menurut perspektif cewek dan yang lebih menariknya lagi karena di dalamnya dilengkapi art yang yang bikin kamu jadi enggak bosen bacanya.




Mari Andrew sendiri adalah seorang writer, artist, dan speaker. Aku suka dengan artnya dan pas liat instagramnya, kebetulan ada postan buku itu jadinya penasaran beli dan ternyata? Cocok!

Di buku ini sendiri ada 8 bab yang ditulis oleh Mari Andrew atas dasar pengalaman pribadi dan menurutku juga ke-8 bab ini adalah fase yang dilewati anak usia 20 tahunan.


Terus buku ini juga enggak cuma bikin aku ngerasa "Ih, ini gue banget" tapi juga bisa ngasih pembelajaran lewat pemikiran hebat yang sederhana. 

Langsung aja yuk ke beberapa pembahasan. Disini ada tulisan "People Worth Admiring" "Question to Ask" dan "Probable Explanations"
Yaitu ketika ada seseorang yang menurut kalian worth it atau layak untuk dikagumi, pertanyaan-pertanyaan apa yang musti kalian tanyakan, dan penjelasannya. 


Jadi, maksud dari gambar itu menurutku adalah ketika umur kalian sudah berusia 20 tahunan, pasti kalian sibuk membandingkan diri kalian dengan orang lain. Entah kesuksesan, kecantikan, pencapaian, atau apapun itu. Sering kali kita ngerasa iri seperti :
"Kok dia bisa yah kaya gitu?"
"Loh aku kok gini-gini aja?"

Nah, di buku ini memuat penjelasan bahwa mereka sudah ada di tahap itu karena mereka sudah melewati prosesnya. Proses lah yang membawanya ke arah pencapaian tersebut. Jadi buat yang suka ngeluh, ada baiknya jangan dikeluhin lagi ya. Karena itu merupakan bagian dari sebuah proses :)
(ini berlaku untuk diriku juga, hehe)

Terus yang menarik lagi, di bab 4 yang berjudul "Kencan dan Percintaan"


Di bagian ini ngejelasin perbedaan dating di usia 20 tahunan dengan 30 tahunan. Kamu akan ngerasa kalau emang di usia 20 tahunan agak labil abis, kamu harus punya kesadaran itu, dan yang penting enggak menyalah-nyalahkan, sampai kamu bisa menerima diri sendiri, mengapresiasi diri di lingkungan positif, sekaligus belajar untuk jadi pribadi lebih baik lagi dengan persiapan agar kamu matang sampai tahapan kamu siap menikah dengan si dia.

Menurutku, buku ini bisa bener-bener mewaraskan aku ketika ngerasa up and down saat muda. Buku ini juga ngajarin kalau kita mau bergaul itu enggak cuma dari temen sebaya aja, tapi juga harus mendekatkan diri dengan orang yang lebih tua dari kita. Tapi banyak juga yang belum aku tanyakan ke seseorang yang aku pikir worth it sih, jadi buku ini cocok untuk aku pelajari lagi lebih dalam.


Sukak sekali dengan buku ini. Khusunya untuk para cewek-cewek yang masih ngerasa insecurity.

Enak dibaca di waktu santai dan enggak berat bahasannya tapi juga bisa menenangkan. Apalagi dibacanya sambil munum coffee. Hehehe.
. . .

Terima kasih Penulis
Yang telah menciptakan buku ini.
Ku sangat sukak 💙


29 Januari '19.

With Love,

Meisya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My PBL, My Adventure

Sudah seminggu ini, saya merindukan kegiatan PBL. PBL atau kepanjangan dari Praktik Belajar Lapangan merupakan salah satu mata kuliah semester 6 di UHAMKA. Dimulai dari pembagian kelompok. Sebenarnya kelompok ini dipilih oleh dosen, dan alhamdulillah nya dapet kelompok angka kesukaan yaitu 8. Yaa...meskipun apalah arti sebuah angka, tapi seneng aja gitu 😆 Ditambah anak-anaknya seru, asik, lucu, tahan banting, humoris, bisa diajak kerja sama, dan juga sabar. Nggak nyangka kami semua dipersatukan hahaha. Dimulai dari ketua, seketaris, bendahara, sampai PJ-PJ lainnya. Pembagian tugas piket pun dibagi-bagi sama kita biar adil aja hehe. 1. Edo : sang ketua, sabar, penyayang penuh kasih sayang, katanya sih aleman, kang kentut, dan sangat tidak pendiam. 2. Resa : ahli mengepel lantai dan sangat patuh terhadap apa yang diperintahkan oleh temen-temen. 3. Ka diena : yang paling tua, suka motivasiin anak-anak, demennya ngebully icamey, dan sangat humoris meskipun tampan

Rahasianya Peraturan Hidup

Pernah suatu hari, saya merasa diri ini terbebani dengan segala aktivitas. Penat, iya. Capek, pasti. Jenuh, udah suatu hal yang sering saya alami. Tapi saya nggak pernah buat coba ungkapin, paling juga ke orang-orang terdekat dan itu belum menyembuhkan seutuhnya apa yang saya rasakan. Kemudian, saya mencoba menyingkir dari orang banyak dan itu malah membuat diri saya semakin tertekan. Saya sempet berpikir, sebenernya apa sih yang saya rasakan? Menyebalkan. Alhasil, tak ada satupun yang bisa menyemangati diri saya, lalu tiba-tiba saya langsung teringat sesuatu. Nggak tau kenapa saya pingin banget ada waktu luang bersama-Nya. Saya coba shalat Isya setelah pulang kuliah. Setelah itu baca Al-Qur'an terus dzikir, dan benernya perasaan saya semacam lega karena saya pun nangis setelahnya.  Bagi umat muslim, Al-Qur'an itu udah tuntunan hidup paling bener kalau mau hidup selamat. Tapi sebagai manusia yang punya nafsu, kadang kita udah tau yang bener nya apa, tapi masih aj

Makna Kesederhanaan (Versi Pribadi)

Kali ini, saya ingin mencoba menulis tentang kesederhanaan tapi pakai versi sendiri. Sesuatu yang simpel namun nyatanya punya makna lebih.  Saya ini cukup dibilang kalau lagi nggak ada kerjaan ya bisa gabut banget, tapi kalau udah sibuk ya bisa sampai lupa waktu juga. Nah, kebetulan saya ini lagi nggak ada kerjaan a.k.a gabut, lalu seketika ada banyak pikiran di kepala saya yang melintas sampai akhirnya saya menulis. Saya suka senyum-senyum sendiri ngeliat orang lain yang bisa enjoy dengan kesederhanaannya. Entah dari segi fisiknya, tutur bahasanya, pergaulannya, atau lainnya. Menyenangkan. Bagi saya, barang yang kita pakai, makanan yang kita makan, rumah yang kita tinggali sehari-hari semuanya hanya titipan Tuhan. Jadi ya sudah, sederhana saja. Ndak usah neko-neko. Simpelnya gini, Teman mu punya jam tangan yang harganya 500 ribu, sedangkan kamu hanya punya jam tangan yang harganya 50 ribu. Tapi kita bisa liat sebenernya apa tujuan kita beli jam tangan tersebut.